Konsep Dasar dan Aspek-aspek Geomorfologi
Konsep Dasar dan Aspek-aspek Geomorfologi
471 417 039
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
A. KONSEP DASAR GEOMORFOLOGI
Thornburry (1976)
1.
“Proses fisik dan hukum yang terjadi
seluruhnya saat ini telah terjadi juga sepanjang waktu geologi, meskipun
intensitasnya tidak sama seperti sekarang”. Konsep ini hampir sama dengan
prinsip yang dikemukakan oleh James Hutton pada 1785 yaitu prinsip uniformitarianisme.
James Hutton mengajarkan “the present is the key to the past”, tetapi dia
mengaplikasikan prinsip ini terlalu kaku dan berpendapat bahwa proses geologi
yang terjadi dahulu dan sekarang mempunyai intensitas yang sama. Telah terbukti
bahwa intensitas kejadian geologi tiap waktu tidak sama, seperti gletser pada
Pleistosen lebih besar intensitasnya dibanding sekarang.
2. “Struktur geologi adalah salah satu
pengontrol dominan dalam evolusi pada bentang alam dan tercermin pada daratan
tersebut”. Pada suatu waktu W.M Davis mengajarkan bahwa struktur, proses, dan
tingkatan adalah faktor pengontrol utama pada bentang alam. Tetapi apa yang
diajarkan Davis tentang “tingkatan” cukup diragukan oleh para geomorfologist.
Hal yang tidak diragukan adalah tentang proses dan struktur. Istilah struktur
tidak hanya mencakup lipatan, kekar, dan uncomfotmity tetapi
juga mencakup cara bagaimana material bumi membentuk daratan yang meninggalkan
jejak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya seperti sikap batuan,
kehadiran kekar, sesar, unsur mineral, dan sebagainya.
3. “Banyak relief permukaan Bumi karena
proses geomorfologi berlangsung pada kecepatan yang berbeda”. Alasan utama
gradasi pada permukaan bumi terjadi secara berbeda adalah batuan pada kerak
Bumi memiliki ragam litologi dan struktur dan oleh karena itu menyebabkan
perbedaan resistensi dalam proses gradasi. Perbedaan pada komposisi dan
struktur batuan tercermin tidak hanya pada variasi geomorfologi secara regional
tetapi juga pada topografi lokal. Selain litologi dan struktur ada juga faktor
lain yang mempengaruhi seperti suhu, kelembaban, ketinggian, mikroklimatik, dan
jumlah vegetasi yang menutupi permukaan. Pengaruh-pengaruh ini akan tampak pada
intensitas pengendapan, laju penguapan, jumlah embun tanah, dan sebagainya.
4.
“Proses geomorfologi meninggalkan jejak
khusus pada bentang alam, dan setiap proses geomorfologi menghasilkan karakter
yang terkumpul pada pembentukan muka bumi”. Proses yang dimaksud mencakup
proses fisik dan kimia yang terjadi saat modifikasi muka Bumi. Bentang alam
mempunyai pembeda yang bergantung pada proses geomorfologi pada saat
pembentukannya seperti dataran banjir, kipas aluvial, dan delta yang dibentuk
oleh arus. Meskipun sangat tepat bahwa pembentukan bentang alam berasal dari
proses geomorfologi yang terpisah, tetapi kita akan menyadari bahwa bentang
alam adalah produk dari sekelompok proses.
5. “Karena agen erosional berbeda pada
permukaan Bumi, maka akan menghasilkan urutan yang sesuai dengannya pada
bentang alam”. Hampir semua geomorfologist percaya bahwa bentang alam memiliki
proses yang teratur dan berurutan, tetapi tidak selalu melewati tahapan muda,
dewasa, dan tua. Konsep muda, dewasa, dan tua mungkin cocok pada tingkat dasar
tetapi tidak cocok ketika pendekatan canggih dilakukan pada evolusi bentang
alam.
6. “Kompleksitas dari evolusi geomorfologi
lebih lazim dibandingkan dengan yang sederhana”. Biasanya kebanyakan detail
topografi dibuat dari proses selama siklus erosi, sangat jarang kumpulan
bentang alam yang terbentuk dari satu proses geomorfologi. Horberg (1952)
mengelompokkan interpretasi bentang alam dalam 5 kategori utama :
sederhana (produk dari satu proses geomorfologi yang utama), campuran (produk
dari dua atau lebih proses geomorfologi baik dipermukaan seperti angin dan
gletser maupun di bawah permukaan seperti sesar dan larutan air bawah tanah),
monosiklik (menghasilkan jejak hanya dari satu siklus erosi, lebih sedikit
dibanding multisiklik), multisiklik (menghasilkan jejak lebih dari satu siklus erosi),
dan resurrected landscapes. Selain itu ada konsep tambahan yaitu polyclimatic
landscapes, yaitu banyak bentang alam yang berkembang dalam kondisi
lebih dari satu kondisi iklim bersamaan dengan variasi kondisi dominan pada
proses geomorfologi. Resurrected landscapes adalah bentang
alam yang terbentuk selama periode waktu geologi yang lalu, kemudian terkubur
di bawah yang ditutupi oleh batuan sedimen atau beku.
7.
“Sedikit topografi Bumi lebih tua
daripada Tersier dan kebanyakan tidak ada yang lebih tua daripada Pleistosen”.
Ashley (1931) memperkirakan setidaknya 90 persen daratan yang ada sekarang
terbentuk pada post-Tersier dan mungkin sekitar 99 persen terbentuk pada
post-tengah Miosen. Contohnya seperti pegunungan Himalaya pertama
terlipat pada zaman Kapur dan hampir seluruh topografi seperti sekarang
terbentuk pada Pleistosen.
8.
“Interpretasi yang tepat pada bentang
alam masa kini tidak mungkin tanpa apresiasi dari pengaruh perubahan
geologi dan iklim selama Pleistosen”. Gletser dan diastropishm adalah
kejadian yang signifikan pada Plesitosen yang mempengaruhi bentang alam yang
kita jumpai pada masa kini. Diastropishm berperan pada
pembentukan bentang alam disekitar batas lempeng laut pasifik. Gletser yang
terjadi pada Plesitosen salah satunya berefek pada arus yang terjadi pada
sungai Ohio dan Missouri yang kita lihat sekarang. Air lelehan dari zaman es
diperkirakan berefek pada permukaan Bumi seluas 10.000.000 m2.
9.
“Apresiasi terhadap perubahan iklim
dunia diperlukan untuk memahami secara tepat terhadap ragam penting dari proses
geomorfologi yang berbeda”. Ragam iklim dapat mempengaruhi operasi dari proses
geomorfologi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara tidak
langsung adalah seperti iklim yang berpengaruh terhadap jumlah, jenis, dan
distribusi tumbuhan yang menutupi bentang alam. Pengaruh secara langsung adalah
seperti jumlah dan jenis pengendapan, intensitasnya, hubungan antara
pengendapan dan penguapan, rentang suhu harian, dan kecepatan dan arah angin.
10.
“Geomorfologi tidak hanya fokus
terhadap bentang alam masa kini, tetapi juga masa lalu”. Geomorfologist juga
dapat menyusun sejarah tentang suatu bentang alam yakni dengan prinsip uniformitarianisme .
B. ASPEK-ASPEK GEOMORFOLOGI
Karmono Mangunsukardjo (1983)
Aspek-aspek
geomorfologi melipu
1) Aspek morfologi:
a. Morfografi
adalah suatu bentuk lahan yang dinyatakan dalam kualitatif
b. Morfometri
adalah suatu bentuk lahan yang dinyatakan dalam kuantitatif
2) Aspek
morfogenesis
Menyangkut asal usul
dari bentuk lahan. Morfogenesis terkait dengan tenaga dan proses geomorfologi
3) Aspek
morfoklonologis
Membahas
tentang urutan kejadian suatu lahan yang diwujudkan dalam bentuk peta.
4) Aspek
morfosiasi
Membahas tentang urutan
kejadian antara satu bentuk lahan dengan bentuk lahan yang lain.
Komentar
Posting Komentar